Pertanian dalam arti luas selalu dihadapkan pada masalah klasik: hasil melimpah harga turun dan harga meningkat mahal saat tidak panen. Sangat wajar dan sesuai dengan hukum supply demand. Tetapi bagi pelaku pertanian yang kreatif selalu mencari siasat untuk merubah situasi tersebut dengan banyak ide diantara dengan membangun rantai pasokan atau supply chain yang handal sehingga pelaku dapat mengendalikan situasi yang tidak menguntungkan tadi menjadi kesempatan yang lebih baik untuk bisnisnya. Supply chain tidak dapat berdiri sendiri, itu sudah pasti, dan melibatkan banyak komponen didalamnya, oleh karena itulah disebut “chain” atau rantai karena terdiri dari sub komponen aktivitas maupun pelaku yang disinkronisasikan melalui sistem secara bersama-sama.
Prinsip 1: Segmentasikan pembeli berdasarkan kebutuhan layanan.
Pembeli pada dasarnya mempunyai ciri kebutuhan yang berbeda sesuai kelompoknya. Pembeli retail dalam jumlah kecil menghendaki pilihan produk yang banyak disertai tampilan produk yang baik karena segmen pembeli ini sangat intensif membandingkan satu produk dengan lainnya. Segmen pembeli lain misalnya pembeli dalam jumlah besar (wholesaler) yang seringkali tidak dikonsumsi sendiri tetapi dijual lagi ke pihak lain sehingga transaksinya dikenal sebagai B2B (business to business). Segmen pembeli ini sangat sensitif terhadap harga sehingga perlu diperlakukan dengan cara yang berbeda.
Prinsip 2: Pilih penyalur (distributor) yang sesuai.
Distributor harus mampu mengalirkan produk sampai ke segmen konsumen tertentu dengan efisien. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah dengan mengidentifikasi karakteristik dari masing-masing segmen konsumen. Dalam beberapa kasus, jaringan distribusi dan logistik menjadi kompleks dikarenakan perbedaan karakteristik pada masing-masing segmen dimana hal tersebut membutuhkan fleksibilitas dari distributor. Perubahan yang fundamental terkait jumlah, lokasi dan kepemilikan warehouse merupakan hal yang penting dalam menciptakan fleksibilitas. Tentunya fleksibilitas tersebut perlu didukung peralatan maupun IT yang real-time based sehingga dapat lebih responsif terhadap perubahan dalam aliran distribusi.
Prinsip 3: Perhatikan respon pasar atas produk yang ditawarkan.
Salah satu kunci dari rantai pasok yang efisien adalah adanya kolaborasi dan berbagi (sharing) informasi dengan stakeholder lain yang berkaitan dalam keseluruhan rantai pasokan. Dalam beberapa kasus, manufaktur gagal dalam merespon pasar akibat dari tidak adanya demand forecast secara kolaboratif. Dengan adanya sales and operating planning yang lebih luas (melibatkan konsumen dan supplier), maka dapat mendeteksi secara dini adanya permintaan tersembunyi akibat dari promosi dan mendeteksi pola permintaan konsumen.
Prinsip 4: Upayakan produk mendekati pembeli.
Konsumen adalah entitas utama untuk produk agroindustry, dimana respon yang cepat dan tepat dari rantai pasok yang dikembangkan perlu selalu ditingkatkan untuk memenuhi ekspektasi konsumen baik dalam hal ketersediaan produk, kecepatan pengiriman produk, harga yang realistis dsb. Memperkuat respon pasar dapat dilakukan dengan pengurangan waktu tunggu (lead time) sepanjang rantai pasoknya, sehingga mendekatkan produk ke konsumen menjadi hal yang penting sehingga peluang terjadinya transaksi karena factor ketersediaan produk dapat terjadi.
Prinsip 5: Pilihkan sumber daya secara strategis untuk efisiensi biaya.
Sumber daya (bahan baku, pengemas, sarana produksi dsb) tidak dapat dipenuhi hanya oleh seorang pemasok, atau bahkan sering tidak bisa dipenuhi oleh produk local saja sehingga harus melakukan impor. Faktor eksternal sepertinya volatilitas nilai tukar tentu akan menyulitkan pelaku agroindustri untuk secara kontinyu menyediakan sumber daya dalam jumlah dan harga yang konstan. Untuk itu aktivitas procurement dan inventory yang dirancang khusus perlu dikembangkan untuk merespon kesulitan ini, ditambah dengan aktivitas transaksi seperti hedging (lindung nilai), postponement inventory, reverse consignment dsb dapat dilakukan untuk mengefisienkan proses yang terjadi dalam rantai pasok.
Prinsip 6: Kembangkan strategi dan teknologi pendukung supply chain secara luas.
Strategi rantai pasok secara konvensional terbagi menjadi pull supply chain untuk produk dalam tahapan perkenalan (introduction) dan pertumbuhan (growth), sedangkan push supply chain untuk produk yang telah matang atau dewasa (mature) sehingga tingkat kompetisinya sangat ketat. Ketepatan pengembangan strategi dengan mempertimbangkan lingkungan pasar dan konsumen akan menentukan keberhasilan suatu rantai pasok.
Prinsip 7: Lakukan pengukuran kinerja.
Pengukuran kinerja merupakan basis untuk pengembangan aspek apapun dalam rantai pasok. Pengukuran konerja juga sangat diperlukan untuk melakukan perbaikan dengan melakukan benchmark terhadap industri sejenis. Pengembangan pengukuran kinerja yang baik akan memberikan akibat terjadinya continuous improvement dalam suatu sistem. Dalam rantai pasok pengukuran secara standar seringkali mengacu pada parameter yang telah disediakan dalam SCOR (Supply Chain Operations Reference) ver.11. Namun demikian pengukuran yang dikustomisasi sesuai kebutuhan juga sangat dimungkinkan sehingga posisi perusahaan dalam kontek kompetisi secara komersial dapat berjalan secara berkesinambungan.