Kedelai merupakan komoditas pangan strategis bagi masyarakat Indonesia, selain bahan baku yang kaya protein, kedelai sangat potensial di tanam di Indonesia. Pemerintah melakukan berbagai program upaya khusus untuk meningkatkan produktivitas kedelai, khususnya Kedelai kuning agar tidak terjadi ketergantungan impor yang lebih besar, namun Ironisnya, dalam sepuluh tahun terakhir ini, ketimpangan yang tajam masih terjadi antara hasil produksi dalam negeri dengan impor yang nilainya diatas 60%. Permasalahan yang terjadi dalam komoditas kedelai sangat kompleks, antara lain dari aspek budidaya kedelai sampai aspek pasar dimana harga kedelai sangat mempengaruhi penerimaan konsumen. Hal ini sangat berkaitan dengan sistem rantai pasok yang perlu dikaji lebih mendalam, tentunya dalam kajian masing-masing pelaku rantai pasok untuk tata niaga kedelai yang lebih optimal. Adapun pelaku sistem logistik rantai pasok kedelai di terdiri dari petani, pengepul, pedagang, koperasi, industri tahu dan tempe serta konsumen.
Obyek Penelitian dilakukan pada wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah yang merupakan sentra produksi kedelai dan memiliki sistem keterpaduan rantai pasok yang sangat kuat. Hal ini dapat di lihat dari keterlibatan semua tier dalam rantai pasok, termasuk peran instansi yang mendukung tata niaga kedelai. Dalam struktur biaya logistik pada rantai pasok kedelai diketahui bahwa biaya yang paling dominan pada biaya saat di lahan, terutama biaya perawatan, upah tenaga kerja dan pengadaan pupuk pada petani sehingga perlu dilakukan optimalisasi biaya logistik dan alokasi biaya intensifikasi bagi petani.
Berdasarkan saluran distribusi yang paling efisien dengan permintaan kedelai yang paling efektif adalah penjualan langsung atau direct selling dengan sistem penjualan dari petani yang dijual kepada kelompok tani, kemudian kelompok tani menjual kepada industri tahu dan tempe. Hal ini dibutuhkan untuk memotong rantai pasok yang selama ini masih dominan pada tingkat pengepul dan pedagang besar.
Strategi pemenuhan pasokan kedelai tingkat nasional dapat menitiberatkan pada perluasan lahan kedelai berdasarkan potensi lahan untuk ditanami kedelai yang saat ini belum optimal. Potensi penanaman kedelai di Indonesia dapat dikategorikan menjadi dua wilayah, yaitu wilayah sentra produksi kedelai yang merupakan area penghasil kedelai dan sangat adaptif terhadap budidaya kedelai, dan yang kedua merupakan wilayah potensial tanam dengan membuka lahan-lahan baru untuk penanaman kedelai. Dalam upaya perluasan lahan tersebut, tentunya membutuhkan dukungan pada masing-masing wilayah, terutama pada lahan baru yang lebih banyak di luar Jawa. Penentuan rantai pasok terpadu yang efektif dengan memperkuat peran masing-masing tier dalam tata niaga kedelai. penerbitan regulasi harga yang menguntungkan semua pihak, terutama petani sebagai produsen dan industri serta masyarakat sebagai konsumen. penetapan tarif bea masuk impor kedelai dan perbaikan regulasi tataniaga kedelai yang berpihak pada petani.
Ditulis oleh: Novita Erma Kristanti, S.TP, MP*
*) Staf Pengajar Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Gadjah Mada
Email: erma@tip-ugm.org | Phone: +62 85714359461