Makanan yang berasal dari komoditas pertanian membutuhkan pengelolaan yang serius dan lebih komplek serta lebih terintegrasi dibandingkan produk lain. Makna terintegrasi di sini adalah dilakukannya pengelolaan sejak dari hulu sampai hilir sebagai satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan (supply chain) karena kondisi komoditas pertanian dalam suatu periode tertentu sangat dipengaruhi oleh kualitas pengelolaan dari periode-periode sebelumnya, yakni sejak dari penyiapan farm dan sarana produksinya, on-farm sampai off-farm, dan pada akhirnya sampai ke end-user.
Pada era dulu, keberhasilan pengelolaan produk tersebut, termasuk produk pangan, hanya dilihat dari keberhasilan mengelola biaya yaitu dengan menekan semua biaya sehingga biaya supply chain menjadi murah dan dengan demikian harga produknya menjadi semakin murah. Setelah itu memasuki era yang kemudian lebih mempertimbangkan keberhasilan membuat produk yang berkualitas yang didapatkan melalui proses pengadaan bahan atau komoditas, proses produksi dan proses penyimpanan dan proses transportasi dan distribusi ke pengguna atau konsumen akhir. Kemudian Pada periode sekarang ini pemahaman dan ekspektasi terhadap pengelolaan supply chain produk makanan tersebut sudah semakin tinggi, tidak hanya berbicara biaya dan kualitas tetapi sudah mempertimbangkan asas keberlanjutan (sustainability). Asas yang dimaksud disini adalah bagaimana upaya yang dilakukan bersama-sama diantara para pelaku dalam agri-food supply chain adalah dengan mengedepankan faktor lingkungan sebagai perhatian penting yang sejalan dengan pertimbangan strategis terhadap upaya upaya untuk mendapatkan profit dan memastikan adanya kesejahteraan yang berhasil diciptakan untuk masyarakat, baik yang terkait langsung atau tidak langsung dengan kegiatan pengelolaan agri-food supply chain.