Muhamad Ali Shodiqi (Teknologi Industri Pertanian UGM 2014)
Rantai pasok pangan terdiri dari organisasi yang bertanggung jawab untuk produksi dan distribusi produk sayuran, hewani atau pangan olahan. Secara umum rantai pasok pangan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Rantai Pasok untuk Produk Segar Pertanian (sayuran, bunga, buah)
Gambar 1. Produk Sayuran Segar
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Secara umum, rantai ini terdiri dari petani, distributor, tengkulak, importir, exportir, retailer, jasa supplier dan toko. Pada dasarnya, semua pelaku rantai meninggalkan karakteristik intrinsik pada produk yang ditanam dan diproduksi. Proses utamanya adalah penanganan, penyimpanan, pengemasan, pengangkutan dan terutama perdagangan.
2. Rantai Pasok Produk Pangan Olahan (daging potong, snack, jus, makanan pencuci mulut, produk makanan kaleng)
Gambar 2. Produk Jus Olahan
Sumber : Dokumentasi Pribadi
Pada jaringan rantai ini, bahan mentah pertanian digunakan sebagai bahan baku untuk menghasilkan produk dengan nilai tambah lebih tinggi. Dalam sebagian besar kasus, pengawetan dan penyimpanan dalam kondisi khusus dapat memperpanjang umur simpan produk.
Dewasa ini, aktor yang banyak terlibat pada dua rantai tersebut yaitu petani, pedagang, pengolah, retailer mengerti betul bahwa kualitas spesifik asli produk dapat mengalami penurunan/kerusakan karena tindakan yang tidak memadai dari tiap rantai. Penurunan kualitas produk khususnya di produk segar pertanian akan berdampak pada turunnya harga jual dan masa simpan produk. Hal ini akan sangat merugikan bagi rantai awal dan akhir yang menjual produk ke konsumen.
Karena karakteristik produk makanan yang spesifik, kini prinsip kemitraan telah mendapat banyak perhatian selama beberapa tahun terakhir di jaringan rantai pasok pangan. Sangat penting bagi produsen industri untuk memberi kontrak kepada pemasok untuk menjamin pasokan bahan baku dengan volume yang tepat, kuantitas yang tepat, kualitas yang tepat, di tempat yang tepat dan pada waktu yang tepat. Selanjutnya, mereka mengkoordinasikan waktu penyediaan barang dengan pemasok agar sesuai dengan ketersediaan kapasitas.
Konsep koordinasi dalam kemitraan perlu mengembangkan deskripsi yang lebih realistis mengenai kondisi dan situasi nyata dalam rantai pasok produk pangan. Mekanisme koordinasi harus ditentukan untuk mengelola saling ketergantungan antar tahap dan antar aktor mitra dalam rantai pasok pangan. Mekanisme koordinasi dipilih berdasarkan kegiatan yang akan dikelola dan karakteristik pelaku yang terlibat dalam proses koordinasi. Kemudian, mekanisme tersebut dianalisis lebih lanjut untuk memastikan bahwa ini adalah mekanisme koordinasi yang paling sesuai untuk meningkatkan kinerja keseluruhan rantai pasokan pangan agroinustri. Pengembangan proses koordinasi mitra yang tepat dalam model rantai pasokan pertanian sangat dibutuhkan, dimana hasilnya akan menguntungkan industri dan konsumen akhir.
Dewasa ini, saluran mitra dengan supermarket dan restoran memberi manfaat lebih bagi petani daripada pasar tradisional. Manfaat itu adalah tidak hanya melalui harga jual yang lebih tinggi, tetapi juga dapat meningkatkan pengetahuan petani dalam manajemen bisnis, termasuk perencanaan produksi, teknik budidaya, manajemen kualitas, penanganan pasca panen dan pemasaran kolektif melalui kontrak tertulis. Kedepan pemerintah harus mengelola jenis transaksi di pasar tradisional/grosir untuk memperbaiki kondisi pengelolaan usaha petani sayuran segar dengan menerapkan mekanisme transaksi yang digunakan di supermarket agar semua petani merasakan nilai tambah dari jaringan rantai pasok pangan.
Sumber :
Van der Vorst, Jack G.A.J, da Silva, Carlos A, Trienekens, Jacques H. 2007. Agro-industrial Supply Chain Management : Concept and Application. Food and Agricultural Organization of The United Nations (FAO). Rome
Handayati, Yuanita, Simatupang, Togar M, Perdana, Tomy. 2015. Agrifood Supply Chain Coordination : The State of the Art and Recent Development. Journal of Logistic, Res (2015) 8;5 Springer