Revisi artikel ini bisa dibaca pada halaman berikut ini.
Dewasa ini, perkembangan pesat teknologi informasi telah berpengaruh signifikan terhadap semua aspek kehidupan sehari-hari. Agroindustri merupakan salah satu sektor yang terkena dampak dengan masuknya Indonesia ke dalam era teknologi Industri 4.0. Secara khusus, Tjahjono dkk (2017) menjelaskan penerapan industri 4.0 pada agroindustri mempunyai pengaruh yang signifikan pada sistem rantai pasok. Kolaborasi antara pemasok, industri dan konsumen merupakan hal krusial untuk meningkatkan transparansi dari semua tahapan rantai pasok mulai dari pesanan produk dikirim sampai produk berada di tangan konsumen.
Salah satu isu yang kompleks dalam rantai pasok agroindustri adalah ketertelusuran (traceability) produk makanan. Ketertelusuran produk makanan dalam rantai pasok diukur dari seberapa besar informasi produk tersebut dapat kembali ditelusur dan dapat diketahui setiap tahapan perubahannya. Ketertelusuran produk makanan menjadi penting karena produk tersebut kita konsumsi sehari-hari. Terdapat ratusan ribu jenis makanan yang telah beredar di pasaran, dimana setiap produk mempunyai proses pengolahan dan model rantai pasok yang berbeda-beda. Dua alasan utama pentingnya ketertulusuran produk makanan adalah keamanan dan kualitas makanan. Dewasa ini, konsumen semakin sadar akan informasi keamanan dan kualitas makanan yang mereka konsumsi. Kondisi ini memaksa produsen menyediakan informasi lebih bagi konsumen agar mudah menulusuri rantai nilai makanan tersebut. Tersedianya informasi ketertelusuran produk dapat membuat konsumen merasa aman dan puas mengonsumsi makanannya.
Untuk menjawab tantangan diatas, digitalisasi dari setiap proses pengolahan dan rantai pasok menjadi salah satu kuncinya. Aplikasi Internet of Things (IoT), penggunaan robot dan Artificial Intelegence (AI), penggunaan sensor di setiap proses, otomatisasi proses serta penerapan analisis big data pada rantai pasok merupakan perangkat yang dapat meningkatkan performansi dan kepuasan konsumen. Penggunaan logika IoT dan komputasi cloud dapat meningkatkan kedalaman sistem untuk memantau setiap pergerakan produk dan pelaku rantai pasok. Penggunaan aplikasi sensor pada produksi, proses, dan lingkungan pemasaran menawarkan perbaikan detail akurasi jalur rantai pasok. Selanjutnya, aplikasi analisis big data dapat menciptakan nilai tambah produk dari data yang diperoleh pada setiap level.
Kedepan, sistem rantai pasok digital produk makanan (digital agrifood supply chain) ini merupakan solusi untuk meningkatkan kapasitas sistem informasi penulusuran produk yang mempunyai bermacam-macam karakteristik. Semua informasi yang dihimpun sistem rantai pasok digital dapat dengan mudah ditemukan pada perangkat IT serta aplikasi mobile oleh produsen dan konsumen. Tersedianya informasi digital ini kemudian dapat memberikan jaminan transparansi dan kualitas produk makanan, sehingga ekosistem rantai pasok dapat menjadi lebih cepat, akurat, fleksibel, terhubung, dan mempunyai efisiensi yang tinggi.
Sumber Pustaka :
Alicke, Knut. 2016. Supply Chain 4.0 : The Next Generation Digital Supply Chain. Diakses dari https://www.mckinsey.com/business-functions/operations/our-insights/supply-chain-40–the-next-generation-digital-supply-chain pada tanggal 19 Oktober 2018
Corallo, Angelo. Latino, Maria Elena. Menegoli, Marta. 2018. From Industry 4.0 to Agriculture 4.0: A Framework to Manage Product Data in Agri-Food Supply Chain for Voluntary Traceability. International Journal of Nutrition and Food Engineering Vol. 12 No.5
Schrauf, Stefan dan Berttram Philipp. 2016. Industry 4.0 How Digitization Makes The Supply Chain More Efficient, Agile and Customer Focused. Diakses dari www.strategyand.pwc.com pada tanggal 19 Oktober 2018
Tjahjono, B. Espugues, C. Ares, E. Pelaez G. 2017. What does Industry 4.0 Mean to Supply Chain?. Procedia Manufacturing 13 by Elsevier ScienceDirect
Penulis: Muhamad Ali Shodiqi (14/369546/TP/111380)